Tangkal Hoax dengan Daya
Kreatifitas Desain Grafis
Oleh.
Luluk Amalia, M.Kom
Guru
SMA 1 Semarang
Menurut data dari Webershandwick,
perusahaan publik relations dan
pemberi layanan jasa komunikasi, untuk wilayah Indonesia ada sekitar 65 juta
pengguna Facebook aktif. Sebanyak 33 juta pengguna aktif per harinya, 55 juta
pengguna aktif yang memakai perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan dan
sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile per harinya.
Sumber (http://kominfo.go.id)
Pengguna aktif jejaring sosial itu kebanyakan pada anak usia
produktif yaitu pelajar. Aktifnya penggunaan jejaring
sosial tersebut sangat mudah sekali transfer informasi. Dalam sekejap
berita-berita hilir mudik menyambangi akun jejaring sosial kita.
Salah satu contoh berita yang sering mendarat
di jejaring sosial tentang daftar nama merk minuman sehingga dapat menyebabkan Pengerasan Otak (Kanker Otak), Diabetes dan
Pengerasan Sumsum Tulang Belakang (Mematikan sumsum tulang belakang). Sering
juga kita mendapat broadcast foto
tentang jalan atau yang jembatan yang putus.
Sejalan dengan itu berita yang memajang foto ban yang robek parah dipertegas dengan tulisan
“hati-hati kalau liat di jalan ada botol plastik, jangan digilas. Di dalamnya isi air keras. Ditabrak botolnya
pecah tersiram ban mobil. Seperti ini bannya robek. Ini kejadian di pintu keluar Tol
Puri Kembangan masih ada 3 orang yang kena. Jangan lindas botol di jalan karena
diisi air keras atau paku. Awas jebakan.”
Berita-berita yang beredar tersebut belum tentu
kebenarannya, atau
istilahnya disebut berita hoax. Apa itu hoax? Jika
mengacu pada hoax
berarti itu bukan berita yang memenuhi kaidah jurnalistik. Beberapa sajian
tulisan berita umunya terdiri atas spot
news, feature, dan reportase. Spot news merupakan berita jurnalistik
yang langsung mengungkapkan inti permasalahan atau peristiwa seperti apa
adanya. Spot news biasanya
menggunakan unsur 5 W + 1 H. Prinsip inilah yang harus kita pahami( Nursisto,
1999: 29).
Sejalan dengan hal tersebut muncul istilah
jurnalistik yang oleh A.W Wijaya disebutkan sebagai kegiatan komunikasi yang
dilakukan dengan cara menyiarkan tulisan ataupun alasannya mengenai berbagai
peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu
secepat-cepatnya.
Dengan demikian, berita yang sebenarnya sajian
tulisan yang mengandung unsur faktual, aktual, up to date, bersumber dari peristiwa langsung. Jika sajian tulisan
atau tulisan yang disertai foto hasil rekayasa maka dapat dikatakan berita itu
hoax. Hoax diyakini sebagai sajian tulisan yang tidak pantas disebut berita,
atau bisa dikatakan sampah.
Berita yang disertai foto peristiwa pendukung
untuk menguatkan nilai berita dituntut hadir mengisi ruang publik. Berita
menjadi asupan informasi masyarakat yang masih diyakini kebenarannya. Maka,
jika berita tersebut tidak benar, bisa berdampak terhadap kondisi netizen.
Lalu
seberapa pentingkah foto dalam kegiatan jurnalistik? Foto jurnalistik adalah
komunikasi melalui foto (communication
photography). Di dalamnya
dikedepankan nilai berita dan momentumnya. Tetapi dalam perkembangannya unsur
keindahan sebuah foto jurnalistik menjadi nilai tambah. Hanya saja karena
teknik tertentu, bisa juga foto direkayasa sehingga kadang justru mengubah
nilai berita.
Dengan
demikian, berita bisa dikatakan hoax apabila tidak memenuhi unsur 5W+1 H, tidak
aktual, tidak faktual, cenderung diulang-ulang, serta foto jurnalistiknya
direkayasa untuk mengubah kadar berita. Ada pula unsur-unsur provokasi terhadap
user, serta kadar orisinilitas
beritanya sangat rendah. Ciri lainnya umumnya pembuat berita tersebut bersifat
anonym(tanpa nama).
Berita
hoax sangat berbahaya bagi masyarakat awam. Apalagi masyarakat sumbu pendek,
yang mudah terbakar emosinya. Pada masyarakat sumbu pendek, hoax hadir untuk
menyulut emosi, bukan menyajikan berita yang mencerdaskan. Sehingga bisa
menimbulkan suasana caos, permasalahan sosial, dan bahkan desintegrasi bangsa.
Efek maraknya berita hoax melalui jejaring sosial ini diantaranya munculnya cyberbullying, kekerasaan
dalam era digital, permasalahan sosial dan fitnah. Efek hoax ini seperti
membidik kaum muda karena seperti yang dilansir di web kominfo.go.id pengguna
internet aktif adalah 62% tergolong dalam kaum muda. Kaum muda terutama pelajar
sering dihadapkan pada tantangan untuk melawan penyebaran berita bohong dan
ujaran kebencian, kaum muda juga dihadapkan dengan godaan penggunaan jalan
pintas untuk mendapatkan apa yang diinginkan baik materi maupun hal-hal yang
menjadi kebutuhan mereka dan ketidakpedulian terhadap kondisi bangsa. Mereka
akan menjadi penerus bangsa yang digerakkan oleh kebencian, mudah terprovokasi
dan yang paling dikhawatirkan generasi ini dapat membawa kemunduran.
Rutinitas penggunaan jejaring sosial dapat dimanfaatkan pihak tertentu untuk
mengambil keuntungan dengan menyebar hoax. Bagi pihak penyebar hoax barangkali tidak berpikir
bijak menyikapi dampak hoax. Mereka sekadar memikirkan keuntungan secara materi
belaka. Jika hoax dibiarkan, pasti akan meruntuhkan sendi kehidupan dan
kemapanan sosial. Apalagi
jika berita hoax tersebut disertai dengan foto- foto atau gambar yang semakin
memperkuat isi berita tersebut.
Sehingga menangkal hoax ini tidak hanya dari hilir juga dari hulunya. Siswa ditanamkan
pendidikan karakter untuk memanfaatkan perangkat lunak desain grafis untuk
melatih kreatifitas dan inovasi. Jadi pencegahan pembuatan berita hoax dapat
dimulai sejak dini, penanaman karakter jujur, dan
konsekuensi logis.
Selain itu, peran aktif elemen baik itu pemerintah, swasta,
masyarakat terlibat dalam pembentukan karakter anak bangsa yang anti hoax, untuk bisa membangun generasi muda yang kreatif
dan inovatif sebagai pemersatu bangsa. Generasi yang smart dan berkarakter jujur.
Masyarakat menjadi pilar yang utama untuk
mencegah hoax. Misalnya dengan sering bertemu melalui kelompok –kelompok
organisasi kemasyarakatan, mereka bisa saling akses informasi secara langsung,
bisa pula melalui grup medsos untuk saling terbuka tentang informasi.
Dalam ranah keluarga, tindakan preventif perlu
dilakukan agar terhindar dari hoax. Misalnya jika ada kabar hoax tentang
anaknya yang diculik melalui media sosial, orangtua tidak usah panik. Tenangkan
pikirannya, lalu cari kebenaran kabar tersebut ke kepolisian, sekolah, atau
sumber lainnya. Ajarkan pula ke anak untuk tidak mudah percaya kepada berita
yang belum jelas sumbernya. Serta yang tidak kalah penting di keluarga adalah
penanaman karakter jujur. Dengan jujur maka anak tidak mudah merekayasa
informasi apapun.
Di ranah sekolah perlu juga diciptakan kondisi
anti hoax. Sekolah perlu memanfaatkan sarana berbasis teknologi untuk memfilter
berita hoax. Melalui system informasi terpadu, dan tim cyber sekolah, maka virus hoax bisa dicegah. Didukung pula system
aturan sekolah yang selektif dalam menerima informasi, serta pendidikan karakter
jujur yang kuat.
Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam ranah
pendidikan yang penulis alami diperlukan langkah strategis. Pelajar lebih selektif dalam memahami suatu berita yang diterima melaui jejaring
sosial mereka. Sudah sepatutnya, penulis sebagai guru ikut mengambil peran
dengan berperan mengedukasi siswa untuk lebih efektif dalam menerima informasi
maupun berita di jejaring sosial. Apakah benar berita itu fakta atau hoax (tidak jelas sumber maupun kebenarannnya.
Berita hoax terutama yang memuat foto –foto biasanya
menggunakan perangkat lunak pengolah grafis seperti Photoshop untuk membuat
foto tersebut seperti nyata. Ketrampilan menggunakan photoshop itulah sering
disalah gunakan untuk membuat foto-foto manipulasi sehingga semakin mempertajam
berita-berita hoax.
Dalam pembelajaran yang penulis ampu yaitu Teknologi Informasi (TI), seringkali penulis dalam proses pembelajaran
juga memperlihatkan contoh-contoh foto hasil manipulasi seperti foto pilot yang
selfie sambil mengendalikan pesawatnya waktu terbang, foto sapi sama
ikan lumba-lumba yang sedang berenang, dan sebagainya.
Materi pembelajaran desain grafis membekali siswa untuk
mahir melakukan edit foto/gambar. Edit foto
yang dimaksud siswa mempraktikkan seperti memperhalus wajah, mengganti warna rambut, mengganti wajah, mengedit
bentuk badan, mengganti wajah dan badan. Selain sobjek foto manusia, perangkat lunak ini juga dapat untuk membuat kreasi
desain grafis lain seperti desain sampel produk elektronika seperti mouse berbentuk buah-buahan/hewan,
produk sehari-hari seperti bantal bentuk buah-buahaan. Jadi siswa dibukakan
cakrawala untuk berimajinasi dan berinovasi bahwa objek yang dilihat menjadi
lebih semakin menarik dan menaikkan nilai jual. Kompetensi ketrampilan itu
diberikan sebagai bekal untuk menumbuhkan kreasi siswa dalam membuat iklan. Kemampuan
ketrampilan siswa mendesain iklan
tersebut adalah modal awal untuk belajar berwirausaha. Sehingga dapat
membuat poster/pamlet/ brosur atau stiker untuk memasarkan produk.
Praktik lapangan yang pernah dilakukan siswa kami yaitu mendesain stiker yang berisi kata-kata mutiara/ajuran/slogan positif yang kemudian ditawarkan di stand pameran yang di adakan sekolah kami. Hasilnya sungguh menggembirakan, stiker-stiker yang hasil karya siswa kami dimiati para pengunjung pameran. Itulah contoh nyata menumbuhkan kretifitas sekaligus melatih jiwa kewirusahaan.
Di sela-sela saat pembelajaran desain grafis, guru dapat
memberikan nasihat-nasihat untuk mengingatkan para siswa bahwa pemanfaatan menggunakan perangkat lunak grafis
untuk hal-hal yang positif. Misalnya jika siswa ingin merekayasa suatu foto, itu juga digunakan untuk desain
atau ilustrasi dengan tidak merugikan pihak-pihak lain.
Kegiatan pembelajaran editing foto melalui
desain grafis yang penulis lakukan, berbasis produk. Siswa memproduksi poster
atau tulisan-tulisan anti hoax. Karya tersebut menjadi karya yang mengedukasi
masyarakat tentang arti kebenaran bukan penyebaran virus hoax. Dengan demikian,
maka hoax diyakini bisa kita tangkal melalui daya kreatifitas desain grafis
untuk kemaslahatan masyarakat.