Tangkal hoax

Kamis, 09 November 2017


Tangkal Hoax dengan Daya Kreatifitas Desain Grafis
Oleh. Luluk Amalia, M.Kom
Guru SMA 1 Semarang

Menurut data dari Webershandwick, perusahaan publik relations dan pemberi layanan jasa komunikasi, untuk wilayah Indonesia ada sekitar 65 juta pengguna Facebook aktif. Sebanyak 33 juta pengguna aktif per harinya, 55 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile dalam pengaksesannya per bulan dan sekitar 28 juta pengguna aktif yang memakai perangkat mobile per harinya. Sumber (http://kominfo.go.id)
Pengguna aktif  jejaring sosial itu kebanyakan pada anak usia produktif yaitu pelajar. Aktifnya penggunaan jejaring sosial tersebut sangat mudah sekali transfer informasi. Dalam sekejap berita-berita hilir mudik menyambangi akun jejaring sosial kita.
Salah satu contoh berita yang sering mendarat di jejaring sosial tentang daftar nama merk minuman sehingga dapat menyebabkan  Pengerasan Otak (Kanker Otak), Diabetes dan Pengerasan Sumsum Tulang Belakang (Mematikan sumsum tulang belakang). Sering juga kita mendapat broadcast foto tentang jalan atau yang jembatan yang putus.
Sejalan dengan itu berita yang memajang foto ban yang robek parah dipertegas dengan tulisan “hati-hati kalau liat di jalan ada botol plastik, jangan digilas. Di dalamnya isi air keras. Ditabrak botolnya pecah tersiram  ban mobil. Seperti ini bannya robek. Ini kejadian di pintu keluar Tol Puri Kembangan masih ada 3 orang yang kena. Jangan lindas botol di jalan karena diisi air keras atau paku. Awas jebakan.”
Berita-berita yang beredar tersebut belum tentu kebenarannya, atau istilahnya disebut berita hoax. Apa itu hoax? Jika mengacu pada hoax berarti itu bukan berita yang memenuhi kaidah jurnalistik. Beberapa sajian tulisan berita umunya terdiri atas spot news, feature, dan reportase. Spot news merupakan berita jurnalistik yang langsung mengungkapkan inti permasalahan atau peristiwa seperti apa adanya. Spot news biasanya menggunakan unsur 5 W + 1 H. Prinsip inilah yang harus kita pahami( Nursisto, 1999: 29).
Sejalan dengan hal tersebut muncul istilah jurnalistik yang oleh A.W Wijaya disebutkan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan dengan cara menyiarkan tulisan ataupun alasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu secepat-cepatnya.
Dengan demikian, berita yang sebenarnya sajian tulisan yang mengandung unsur faktual, aktual, up to date, bersumber dari peristiwa langsung. Jika sajian tulisan atau tulisan yang disertai foto hasil rekayasa maka dapat dikatakan berita itu hoax. Hoax diyakini sebagai sajian tulisan yang tidak pantas disebut berita, atau bisa dikatakan sampah.
Berita yang disertai foto peristiwa pendukung untuk menguatkan nilai berita dituntut hadir mengisi ruang publik. Berita menjadi asupan informasi masyarakat yang masih diyakini kebenarannya. Maka, jika berita tersebut tidak benar, bisa berdampak terhadap kondisi netizen.
            Lalu seberapa pentingkah foto dalam kegiatan jurnalistik? Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (communication photography).  Di dalamnya dikedepankan nilai berita dan momentumnya. Tetapi dalam perkembangannya unsur keindahan sebuah foto jurnalistik menjadi nilai tambah. Hanya saja karena teknik tertentu, bisa juga foto direkayasa sehingga kadang justru mengubah nilai berita.
            Dengan demikian, berita bisa dikatakan hoax apabila tidak memenuhi unsur 5W+1 H, tidak aktual, tidak faktual, cenderung diulang-ulang, serta foto jurnalistiknya direkayasa untuk mengubah kadar berita. Ada pula unsur-unsur provokasi terhadap user, serta kadar orisinilitas beritanya sangat rendah. Ciri lainnya umumnya pembuat berita tersebut bersifat anonym(tanpa nama).
            Berita hoax sangat berbahaya bagi masyarakat awam. Apalagi masyarakat sumbu pendek, yang mudah terbakar emosinya. Pada masyarakat sumbu pendek, hoax hadir untuk menyulut emosi, bukan menyajikan berita yang mencerdaskan. Sehingga bisa menimbulkan suasana caos, permasalahan sosial, dan bahkan desintegrasi bangsa.
Efek maraknya berita hoax melalui jejaring sosial ini diantaranya munculnya cyberbullying,  kekerasaan dalam era digital, permasalahan sosial dan fitnah. Efek hoax ini seperti membidik kaum muda karena seperti yang dilansir di web kominfo.go.id pengguna internet aktif adalah 62% tergolong dalam kaum muda. Kaum muda terutama pelajar sering dihadapkan pada tantangan untuk melawan penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian, kaum muda juga dihadapkan dengan godaan penggunaan jalan pintas untuk mendapatkan apa yang diinginkan baik materi maupun hal-hal yang menjadi kebutuhan mereka dan ketidakpedulian terhadap kondisi bangsa. Mereka akan menjadi penerus bangsa yang digerakkan oleh kebencian, mudah terprovokasi dan yang paling dikhawatirkan generasi ini dapat membawa kemunduran.
Rutinitas penggunaan jejaring sosial  dapat dimanfaatkan pihak tertentu untuk mengambil keuntungan dengan menyebar hoax. Bagi pihak penyebar hoax barangkali tidak berpikir bijak menyikapi dampak hoax. Mereka sekadar memikirkan keuntungan secara materi belaka. Jika hoax dibiarkan, pasti akan meruntuhkan sendi kehidupan dan kemapanan sosial. Apalagi jika berita hoax tersebut disertai dengan foto- foto atau gambar yang semakin memperkuat isi berita tersebut.
Sehingga menangkal hoax ini tidak hanya dari hilir juga dari hulunya. Siswa ditanamkan pendidikan karakter untuk memanfaatkan perangkat lunak desain grafis untuk melatih kreatifitas dan inovasi. Jadi pencegahan pembuatan berita hoax dapat dimulai sejak dini, penanaman karakter jujur, dan konsekuensi logis.
Selain itu, peran aktif elemen baik itu pemerintah, swasta, masyarakat terlibat dalam pembentukan karakter anak bangsa yang anti hoax, untuk bisa membangun generasi muda yang kreatif dan inovatif sebagai pemersatu bangsa. Generasi yang smart dan berkarakter jujur.
Masyarakat menjadi pilar yang utama untuk mencegah hoax. Misalnya dengan sering bertemu melalui kelompok –kelompok organisasi kemasyarakatan, mereka bisa saling akses informasi secara langsung, bisa pula melalui grup medsos untuk saling terbuka tentang informasi.
Dalam ranah keluarga, tindakan preventif perlu dilakukan agar terhindar dari hoax. Misalnya jika ada kabar hoax tentang anaknya yang diculik melalui media sosial, orangtua tidak usah panik. Tenangkan pikirannya, lalu cari kebenaran kabar tersebut ke kepolisian, sekolah, atau sumber lainnya. Ajarkan pula ke anak untuk tidak mudah percaya kepada berita yang belum jelas sumbernya. Serta yang tidak kalah penting di keluarga adalah penanaman karakter jujur. Dengan jujur maka anak tidak mudah merekayasa informasi apapun.
Di ranah sekolah perlu juga diciptakan kondisi anti hoax. Sekolah perlu memanfaatkan sarana berbasis teknologi untuk memfilter berita hoax. Melalui system informasi terpadu, dan tim cyber sekolah, maka virus hoax bisa dicegah. Didukung pula system aturan sekolah yang selektif dalam menerima informasi, serta pendidikan karakter jujur yang kuat.
Sejalan dengan hal tersebut, maka dalam ranah pendidikan yang penulis alami diperlukan langkah strategis.  Pelajar lebih selektif dalam memahami suatu berita yang diterima melaui jejaring sosial mereka. Sudah sepatutnya, penulis sebagai guru ikut mengambil peran dengan berperan mengedukasi siswa untuk lebih efektif dalam menerima informasi maupun berita di jejaring sosial. Apakah benar berita itu fakta atau hoax (tidak jelas sumber maupun kebenarannnya.
Berita hoax terutama yang memuat foto –foto biasanya menggunakan perangkat lunak pengolah grafis seperti Photoshop untuk membuat foto tersebut seperti nyata. Ketrampilan menggunakan photoshop itulah sering disalah gunakan untuk membuat foto-foto manipulasi sehingga semakin mempertajam berita-berita hoax.
Dalam pembelajaran yang penulis ampu yaitu Teknologi Informasi (TI), seringkali penulis dalam proses pembelajaran juga memperlihatkan contoh-contoh foto hasil manipulasi seperti foto pilot yang selfie sambil mengendalikan pesawatnya waktu terbang, foto sapi sama ikan lumba-lumba yang sedang berenang, dan sebagainya.
Materi pembelajaran desain grafis membekali siswa untuk mahir melakukan edit foto/gambar. Edit foto  yang dimaksud siswa mempraktikkan seperti memperhalus wajah, mengganti warna rambut, mengganti wajah, mengedit bentuk badan, mengganti wajah dan badan. Selain sobjek foto manusia, perangkat lunak ini juga dapat untuk membuat kreasi desain grafis lain seperti desain sampel produk elektronika seperti mouse berbentuk buah-buahan/hewan, produk sehari-hari seperti bantal bentuk buah-buahaan. Jadi siswa dibukakan cakrawala untuk berimajinasi dan berinovasi bahwa objek yang dilihat menjadi lebih semakin menarik dan menaikkan nilai jual. Kompetensi ketrampilan itu diberikan sebagai bekal untuk menumbuhkan kreasi siswa dalam membuat iklan. Kemampuan ketrampilan siswa mendesain iklan  tersebut adalah modal awal untuk belajar berwirausaha. Sehingga dapat membuat poster/pamlet/ brosur atau stiker untuk memasarkan produk.
Praktik lapangan yang pernah dilakukan siswa kami yaitu mendesain stiker yang berisi kata-kata mutiara/ajuran/slogan positif yang kemudian ditawarkan di stand pameran yang di adakan sekolah kami. Hasilnya sungguh menggembirakan, stiker-stiker yang hasil karya siswa kami dimiati para pengunjung pameran. Itulah contoh nyata menumbuhkan kretifitas sekaligus melatih jiwa kewirusahaan.
Di sela-sela saat pembelajaran desain grafis, guru dapat memberikan nasihat-nasihat untuk mengingatkan para siswa bahwa pemanfaatan menggunakan perangkat lunak grafis untuk hal-hal yang positif. Misalnya jika siswa ingin merekayasa suatu foto, itu juga digunakan untuk desain atau ilustrasi dengan tidak merugikan pihak-pihak lain.
Kegiatan pembelajaran editing foto melalui desain grafis yang penulis lakukan, berbasis produk. Siswa memproduksi poster atau tulisan-tulisan anti hoax. Karya tersebut menjadi karya yang mengedukasi masyarakat tentang arti kebenaran bukan penyebaran virus hoax. Dengan demikian, maka hoax diyakini bisa kita tangkal melalui daya kreatifitas desain grafis untuk kemaslahatan masyarakat.





 
Free new blogger template ABSTRACT MIND Design by Pannasmontata             Powered by    Blogger